Selasa, 23 November 2010

one word that is difficult to be heard "putus"

tiba2 terlintas karena mendengar banyak temen saya yang akhir2 ini putus dan berujung dengan banyak yang curhat..

mmmm just looking me when i am broken heart inside her or him,, dan waktu pun berputar ke 9 bulan yang lalu

yup ketika saya putus

hari2 seperti neraka istilahnya

saat itu saya baru merasakan sakitnya putus hati secara real, dan terkaget dengan rasanya yang sakit banget, sakit campur sesek, hati kayak dikoyak-koyak, diiris-iris, ditiban batu berton-ton, tidak bisa berpikir jernih, yang di otak hanyalah ada kata "dia dan mengapa"
keadaan diperburuk saat itu entah kenapa saya tidak bisa nangis *yang kata temen saya saking emosinya..menambah panjang rasa sakit dan emosi saya yang tidak tersalurkan lewat air mata..

saking tak tertahankan akan rasa sakitnya, saya memilih jalan pintas dengan menonjok tembok *yang apabila dipikir sekarang, kok bisa berbuat sebego itu yah*, dengan mengharapkan sakitnya bisa pindah ke tangan atau tempat lain,, setidaknya sakitnya gak menumpuk di situ,, gak menumpuk di hati

jadi tau kenapa saat2 seperti itu sepertinya enak untuk bunuh diri, lepas dari rasa sakit tak tertahankan secara instan. dan sayangnya kondisi itu memang sangat didukung, dengan tidak adanya obat untuk ngobatin rasa sakit hati tersebut *kalau ada saya juga mau sepuluh strip-kata temen saya hehehe

Jadi inget proses neraka itu berjalan, 3 hari pertama gak bisa tidur, selalu mimpi buruk, bangun tidur kayak dikejar-kejar penjahat dan so on so on *kok jadi ngilu klo nginget yah hahahaha


seminggu pertama saya masih berdoa kepada Allah YME untuk mengembalikan dia kepada saya *dengan syarat doa HARUS dikabulkan-hebat menyuruh Allah yang Mahatau untuk mengabulkan doa seorang hamba yang tidak tahu*,, seriously,, saya sampai solat tahajud dan shalat dhuha saking ingin dikabulkannya doa tersebut. Hingga sampai akhirnya saya berada di titik "menyerah" lelah dengan keadaan dan sepertinya tidak ada jawaban atas doa saya, akhirnya saya berkata "ya Allah bila memang ini yang terbaik *berpisah* maka mudahkanlah hamba untuk menjalaninya dan kuatkanlah hambamu ini" Dan dengan keyakinan itu saya berusaha untuk maju dan mencaoba menutup masa lalu itu

saat itu saya memutuskan dan bertekad untuk melepaskan dunianya dari hidup saya, setidaknya untuk sementara waktu, sampai nanti saya kuat, sampai saya bisa dengan ikhlas melepas dia, sampai saya bisa hidup tanpa dia, dan yang terpenting sampai saya sanggup bertahan di dunia tanpa dia

no.nya saya hapus *untung saya gak hafal no.nya* FB dia dan temen2nya saya hapus *tepatnya saya block* dengan pikiran, "daripada nanti saya gangguin, klo gak ada penghubung lagi kan saya gak bisa ganggu dia lagi walaupun sebenarnya saya kangen setengah mati dan begitu besar saya ingin menghubunginya" sebagian orang bilang saya ekstrim, apa boleh buat, karena saya yg paling tau kemampuan bertahan saya sampai mana, dan cara ini yang menurut saya dapat menolong.

hari2 berikutnya sedikit membaik tetapi saya masih kehilangan arah, ditambah saya resign dari tempat kerja, otomatis kegiatan bengong dan waktu luang saya makin panjang, yang artinya banyak waktu ekstra untuk berpikir hal-hal yang tidak penting. Hingga saya merasakan kekosongan,,kosong,,not feel anything,,not think anything (mungkin karena diri saya memprotect diri saya sendiri untuk tidak mengingat kenangan buruk—membuat tembok—akibatnya saya tidak bisa berpikir apapun) lebih tepatnya masih jadi "zombie". hidup segan mati tak mau. gak tau mau ngapain, gak tau mau kemana.



titik balik saya adalah saat saya berkelana ke suatu toko buku di matraman. di situ saya dapet kata2 dari sebuah buku yang intinya begini, sebenarnya cara untuk menyembuhkan hati itu gampang, ada dua yaitu :

melupakan kebaikan yang kita perbuat 
dan memaafkan kesalahan yang diperbuat oleh orang lain

disitu saya tersadar, emang bener bukan? di otak saya pasti selalu berputar kata2 ini
kenapa sih dia bisa jahat banget
padahal saya selalu baik sama dia
kenapa sih dia bisa tega
padahal saya udah berkorban banyak demi kebahagiaan dia buat karir dia buat hubungan ini
dan dulu saya memilih biar saya yang disakitin asal dia bahagia

bukankah itu yang membuat hati saya tambah dendam dan sulit maju dalam proses penyembuhan hati ini

sulit menerima kenyataan, bahwa semua kebaikan saya ternyata dibales dia dengan kejahatan. dan saya hancur karena gak bisa terima dengan kenyataan ini. Saya merasa semua ini GAK ADIL

dalam proses yang panjang akhirnya saya sampai di titik dimana saya bisa berkata,
saya lupakan semua kebaikan saya, karena seharusnya saya ngelakuin apapun itu semua dengan ikhlas, yang artinya seharusnya saya tidak boleh mengharapkan imbalan apapun baik itu imbalan berupa kebaikan juga maupun imbalan berupa keburukan darinya.

Jadi apapun yang terjadi saya ikhlas, kalau dia membalas semua itu dengan kejahatan, itu bukan urusan saya. Itu urusan dia sama Allah. not my business anymore.

Dan saat itu saya ngerasa bebas dan lega. gak ada dendam lg

and finally i can let him go..


dalam proses ini saya bersyukur masih punya temen2 yang menghibur saya dengan caranya sendiri-sendiri, kel. saya yang selalu dan akan mendukung saya dan tentunya Allah SWT YME yang selalu ada kapanpun disaat butuh tempat untuk mengadu dan berkeluh kesah *dan tentunya tidak pernah berkhianat kepada hamba-hambaNya

dan saat-saat terpuruk itu, saya inget, untuk menguatkan hati, saya selalu berkata, hey liat saja suatu saat di masa yang akan datang, pasti ada waktunya lo akan tertawa ngeliat keadaan lo yang sekarang. ketawa ngeliat kebegoan lo sekarang. karena saya yakin pasti ada rencanaNya yang indah setelah saat-saat terpuruk ini.

and let see, sekarang saya udah bisa ketawa menulis cerita ini :) dan saya bersyukur saya gak balik sama dia, karena saya gak pantes disakitin dan saya berhak dapat yang lebih baik *seperti doanya dia kepada saya* dan sekarang saya bersyukur doanya dia terkabul, saya dapet yang lebih baik, jauh lebih baik, terima kasih ya Allah, sungguh engkaulah yang Maha Tau.

Percaya dengan kekuasaanNya!!

Sesungguhnya setelah kesulitan pasti ada kemudahan. dan sesungguhnya setelah kesulitan pasti ada kemudahan.

0 komentar:

Posting Komentar